01.
NIRMALA
(Pak Ngah/Che Kem)
Diciptakan
seorang insan
Lembut hati bak redup pandangan
Pabila berkata
Seluruh alam menyaksikan kesyahduan
Bagai tersentuh rasa percaya
Tika terdengarkan
Aduhai...
(1)
Telah jauh berkelana entah di mana
Ada rasa hanya kuntum kasihnya
Khabar itu merelakan perjalanannya
Ada jiwa hanya kuntum kasihnya
Biar
panas membakar
Biar ranjau mencabar
Telah mekar hati seindah purnama
Dipujuk
segala rajuk
Sepi rindu adakala
Meracun imannya
(Biar
panas membakar
Biar ranjau mencabar
Hati mekar seindah purnama)
(2)
Siapa menyapa bagai pelita
Arah yang menghilang tika gelita
(Duhai kasih bulan saksi)
Tatap
tidak ditatap
Kotakan di dada yang terdetik
Temukan sang cinta
(Angin
pun mula bercerita
Semesta nyata terpedaya)
Kekasih tak berbahasa
Getir fikir derita mengharap
Suara...
(Tangis
bagai gerimis
Hati bak tasik pedih
Cuba cari hakikat
Temukan azimat)
(Kasih
gundah gerhana
Diam tak berirama
Gusar tambah gementar
Tak tertanggung rasa)
Nun
dari sana
Telah turun berbicara
Sang kesuma bidadari syurgawi
Sesungguhnya
berkasihlah
Di antara manusia
Perindah segala kata-kata
Bahagia itu janjinya
Mengapa
cipta sengketa
Rentaslah jalan terbuka
Tanpa dusta
(Telah
teguh di garis... karma)
Telah
jauh berkelana entah di mana
Ada rasa hanya kuntum kasihnya
Khabar itu merelakan perjalanannya
Ada jiwa hanya kuntum kasihnya
Biar
panas membakar
Biar ranjau mencabar
Telah mekar hati seindah purnama
Dipujuk
segala rajuk
Sepi rindu adakala
Meracun imannya
(Biar
panas membakar
Biar ranjau mencabar
Hati mekar seindah purnama)
(3)
Tangis bagai gerimis
Hati bak tasik pedih
Cuba cari hakikat
Temukan azimat
Kasih
gundah gerhana
Diam tak berirama
Gusar tambah gementar
Tak tertanggung rasa
(ulang
dari 3)
Hadir
penuh kasih
Demi kata janji
Satu nan abadi
02. JOGET SENYUM MEMIKAT
(S. Atan/Nurul Asyiqin)
Kalau
menjerat burung kedidi
Janganlah senja baru ke taman
Kalau memikat idaman hati
Janganlah rupa jadi taruhan
Janganlah jangan rupa taruhan
Kalau
ke laut susur gelombang
Jangan kemudi patah daunnya
Kalau bertaut kasih dan sayang
Jangan diuji dalamnya cinta
Janganlah jangan diuji cinta
Kita
berbudi orang merasa dik
Biar sedikit dibawa mati
Kalaulah rupa taruhan jiwa dik
Pudar sedikit berpaling hati
Kalau
ingin berkasih
Harus bijak memilih
Tebu Tebrau tidaklah sama
Kalau
jujur bercinta
Bijak pilih permata
Hidup bahagia sepanjang masa
Jangan
renung apa dikata
Renung niat setulus jiwa
Ini pesan sesama kita
Dalam joget budi dan rupa
Jangan
renung apa dikata
Renung niat setulus jiwa
Ini pesan sesama kita
Dalam joget budi dan rupa
(ulang
semua rangkap)
03. PANAS BERTEDUH GELAP BERSULUH
(Khir Rahman/Siti Nurhaliza)
Berdayung
sampan biar sampai ke muara
Mengatur langkah jangan sampai kaki terluka
Menabur budi biar ikhlas di jiwa
Mengukir janji janganlah di bibir saja
Ingat
adat resam tutur kata tingkah dijaga
Warisan ibunda kekal lama segar berbunga
Menjadi bekal anak muda dirantauan
Menjadi tangkal ukur nilai peradaban
(1)
Tanya pada diri Mana letak budi
Tanya pada akal Apa yang dibekal
Tanya pada hati Sudahkah terisi
Ingat pada janji Jangan dimungkiri
Dihujani
emas bertahun di negeri orang
Tidakkan seperti hujan batu di halaman
Sopan bersantun indah pekerti jua dijulang
Adat yang disanjung kekalnya zaman berzaman
Bumi
yang dipijak
Bak hamparan luas terbentang
Langit dijunjungi
Meneduhi alam tak bertepi
Jatuh
dipauti tika jalan dipimpini
Melukis pekerti menghias susila diri
Panas berteduh gelapnya kan bersuluh
Kasih sayang... dari insan... pada insan
Berputik...bahasa
Mulia pada semua
Terpaut...terpatri
Tersemat di sanubari (2X)
Itulah hiasan diri
Ulang
(1)
Berbudi...bahasa
Mulia pada semua
Terpaut...terpatri
Tersemat di sanubari (2X)
Itulah hiasan diri
04. BISIKAN HATI
(Haimon Abd. Rahman)
Dengarlah
bisikan hasrat hati
Yang merindu menjelma kembali
Ingatanku yang telah lalu
Bersama berjanji sehidup semati
Kini
hanyalah kenangan
Dikau hilang di mana gerangan
Tiada berita kudapati
Hanya ingatanku di masa yang lalu
(1)
Kasihanlah kepadaku sayang
Tiap hari jua wajahmu terbayang
Ampunkanlah salah dan dosaku
Seandainya kita tak lagi bertemu
(2)
Dengarlah bisikan hasrat hati
Yang merindu menjelba kembali
Ingatanku tetap bersemadi
Walau dikau kini telah mungkir janji
Ulang
(1) & (2)
05. BADARSILA
(Suflan Faidzal/Lokgha)
Bagaikan
dilentur sutera
Mentari meminjam sinarnya
Bagaikan disuluh hatinya
Menetap di persada
Bagaikan
diseru rindunya
Di awan tersembunyi wajahnya
Bagaikan dirisik malunya
Tersingkap di hamparan...indahnya
Cahaya
Melingkar singgahsana
Badarsila
Bagaikan angin syurgawi
Melindungi cinta suci
(1)
Sampai keresahan
Dari jiwaku keliru
Moga dilimpahi
Rindumu selalu
Sinar
menerangi
Terasa dingin bak salju
Lamaran nurani
Menyentuh hatiku
(2)
Suara kau bisikkanlah
Di langit tujuh ku berdiri
Rindumu menggamit jua
Merentang bagaikan pelangi
(3)
Suara kau dengarkanlah
Kesumaku merintih duka
Wasilahmu menyentuh jiwa
Restumu bagaikan bermimpi
Resah....
Terungkai
Titisan
embun tersusun
Berangkai emas bertitik
Jalanan gundah gulana
Menghembuskan hujan
Naluri
tersentuh
Dipandang ke langit nan ringan
Kasih menguntum
Genderang kehidupan
Ulang
(2) & (3)
Cahaya
Limpahkanlah sentuhan sinarnya
Seluruh alam
Kan
ku daki merentasi menyusuri
Kepadamu tuan
Indahnya
Ulang
(1)
Cahaya
Melingkar singgahsana
Badarsila
Bagaikan angin syurgawi
Melindungi cinta suci
Ulang
(1)
Sinarkan...Badarsila
06. SYAIR KAMELIA
(S.Atan/Nurul Asyikin)
Mana
syair rindumu
Resah hati seperti dahulu
Lama sudah kutunggu
Nak menyanyi sealun denganmu
Kalam
cinta berkisah
Nafas rindu hatimu hatiku
Bagai syair pujangga
Yang bergema ke seluruh maya
Walau
silih berganti
Lalu pergi khafilah bistari
Pesan rindu darimu
Tak bergema mengalun gelisah
Masihkah ku di hati
Akulah
Kamelia yang terbiar
Di sangkar kerinduan yang terbakar
Ribut yang perkasa
Tak bisa kulepaskan
Ikatan kerinduan di hatiku
Wadi
yang melimpah
Dinginnya tak terasa
Hanyalah syair rindu yang kutunggu
Biar jadam, biar madu
Redha kuterima
Kalau
masih diriku di hatimu
Syairkanlah rindu
Resah dalam hatiku
Nak berteduh di bayang rindumu
Taksim yang bergema
Denting gambus melambai harapan
Sealun syair rindu
Akulah
Kamelia yang terbiar
Di sangkar kerinduan yang terbakar
Ribut yang perkasa
Tak bisa kulepaskan
Ikatan kerinduan di hatiku
Wadi
yang melimpah
Dinginnya tak terasa
Hanyalah syair rindu yang kutunggu
Biar jadam, biar madu
Redha kuterima
07. DIBATAS MASA
(Naim/Habsah Hassan)
Setiba
kita dibatas masa
Nobat nafiri tiada bernada
Sehelai daun kering
Berayunan layu
Menanti saat dibawa bayu
Langit
mendung
Hujan pun gerimis
Sayup terdengar
Sendu dan tangis
Bertitian bisikan
Kalimah nan suci
Berdoa mudahkan perjalanan
Terakhir ini
(Korus)
Berat mata memandang
Berat lagi tanggungan bebanan
Perasaaan
Kendatipun sezarah
Dosa pahala
Pastikan dikira
Bagai
terasa
Keresahan di jiwamu
Bagai terdengar
Suara meruntun kalbu
Tiada walau sesaga dibawa pergi
Tak berharga puja dan puji
Kala
jantungmu
Bagai laut bergelombang
Lemah cengkaman
Jejarimu di genggaman
Betapa sukar
Untuk kita menerima
Tiba detik pasti terpisah
Di batas masa
08. SULAM SEMBILAN
(Pak Ngah/Lokgha)
Hendak
ku sulam, sulam sembilan
Paras, sejengkal hatinya
Langkahmu tuan, permata intan
Cahaya, tumpang cahayanya
Kalau
tahu, oraknya beranggi
Corak kasih, suci ku emaskan
Kalau mahu, rasa ku nak pergi
Rindu kelemasan
Semarak
(sulaman sembilan)
Pancaran memancar (sulaman sembilan)
Di puncak mahligai (sulaman sembilan)
Di langit yang biru (sulaman sembilan)
Bunga
kembang, nan asalnya mewangi
Kembang layu, tidak ku buang
Layu mekar, harumnya kepagi
Buat mu seorang
(Korus)
Padaku, tegakkan tiang belajar
Padamu, kembangnya ditiup angin
Janji, ombaknya mencecah pantai
Belajar menuju ke arah seribu
Pergiku,
bak guruh hilang suara
Pergimu, bak air mengalir sepi
Janji, kata indah yang membara
Semarak kasih suci, bukannya mimpi
09. BUNGA MELOR
(P.Ramlee/S.Sudarmaji)
Di
hujung sana tempatmu bunga melor
Bukan di taman yang indah bunga melor
Hanya disudut halaman
Tiada dihiasi
Jambangan indah permai
Tapi
warnamu yang putih bunga melor
Tandanya suci dan murni bunga melor
Walaupun ditiup debu
Warnamu dan baumu
Tetap memikat kalbu
(Korus)
Ibarat gadis desa
Bunga melor
Sederhana
Walau kering tak bercahaya bunga melor
Baumu memikat jiwa
(1)
Semoga sabar dahulu bunga melor
Pada di suatu ketika bunga melor
Masanya akan menjelma
Disanjung dan dipuja
Oleh gadis remaja
Ulang
(Korus) & (1)
10. KURIK KUNDI
(Pak Ngah/Nurul Asyiqin)
(1)
Nak berkabar tingginya budi kita ya tuan
Nak berkisah kaya tutur bicara
Kalau tinggi untung jadi bintang
Oh... oh... oh...oh...
Kalau rendah masih jadi intan
(Solo)
Teratak mahligai bak dipayung teduhnya
Bila budi melingkar anak asuhan
Adat yang lama berbudi berbahasa
Akar kehidupannya
(Ramai)
Yang kurik tu kundi
Yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh... oh... oh...oh...
Pantun lama tinggi kiasannya
(Solo)
Berpantun seloka sambil menari canggung
Serentak melangkah rentak timur diarak
Gurau senda
Sopannya dijaga
Sepakat makin kukuh terikat
(Ramai)
Hang dok pi hang dok mai
Lagu tu lagu mana
Pi sini pi sana depa menghela sakan
Awatlah dok kalut megah condong ke barat
Mai kita...
(Ramai)
Pakat tarik ramai-ramai
Biar ke timur condongnya....(tu kah)
Ulang
(1)
(Perak)
Ada...O...ada E...
Bunyinya tidaklah serupa
Erti tidak berbeza
Betui
yong betui sungguh
Betui ape di kate
Selembut
tarian hoi...
Nak muda berlotah
Tutur bahasanya
Maghi
yop maghilah yong
Maghi kita memikio
Parit dengan kuala
Cakap tidak serupe...(ateh)
Dihitung
beratus-ratus bilangan
Digali beratus-ratus terpendam
Di lubuk yang mana
Tak terjangkau ingatan
Makin dibontar makin banyak yang terpendam
Di sini ibunya
Tersurat
kurik itulah kundi
Tertulis merah itulah saga
Saga dalam lagu pada indah syairnya
Kundi dalam tarian
Indah lenggok tarinya
Aduhai indahnya
(Negeri
Sembilan)
Mana usang diperbarui
Mana lapuk hai dikajangi
Mana elok dipakai ondeh dipakai
Kalau singkat cantik manis
Disambungkan...
Kalau panjang cantik manis...
Minta dikerat...(yo lah)
Yo
sungguh yo bonar
Kato sungguh dikato
Muafakat
ya tuan
Ibu adat ya ondeh tidak dilupa
Tak
boghodat
Minum tidak bergula
Tak bobudi
Pohon tidak berbuah
Tak boghodat
Minum tidak bergula
Tak bobudi
Bagai pohon tidak berbuah
Yang
kurik tu kundi
Yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh...oh...oh...oh...
Pantun lama tinggi kiasannya
(Kelantan)
Cantik manis hai bila berkata
Hai lapik berkias
Molek sungguhlah wei
Santun lakunya wei merendah suara
Bagai berpayung wei rasa teduhnya...
(Ramai)
Teghtek teghning oghe kito
Hok tu keno jago
Jange sampa berlete kale
Luar napok come jange dale
Habih kuca lembe
Luar napok come
Jange dale habih kuca lembe
(Sabah)
Membubutlah bayu
Lalu limpas siring semalu
Mengalai bagai tari sesuku
Tari sesuku
(Sarawak)
Selembut madah begitu taghi
Sek ada sakit ghasa di hati
Kame` nyambut madah tuan hulurkan
Kita` nyambut madah kame` hulurkan
(Ramai)
Nak berkabar tingginya budi kita ya tuan
Nak berkisah kaya tutur bicara
Kalau tinggi untung jadi bintang
Oh... oh... oh...oh...
Kalau rendah masih jadi intan
Yang
kurik tu kundi
Yang merah saga
Baik budi indahlah bahasa
Oh... oh... oh...oh
Pantun lama tinggi kiasannya
|